Monday, 8 November 2010

Wamabtalaka Illa Annahu Ahabbak, Tidaklah Ia Mengujimu Kecuali Karena Dia Menyangimu (Refleksi Bencana Merapi Yogyakarta)

Bencana sebagai ujian
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. al-Baqarah: 155-157)
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS. al-Anbiya`: 35)
Bencana sebagai azab
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُون
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.(QS. al-A’raf: 96).
Untuk itulah, setiap penilaian dan evaluasi diri dalam memaknai bencana ‘batuknya’ gunung Merapi sangat bergantung dari perjalanan hidup masing-masing individunya. Jika bencana itu berarti ujian, maka bersabar terhadap ujian dari-Nya adalah satu-satunya obat yang bisa menguatkan diri ditengah ujian sehingga kita bisa melaluinya dengan keikhlasan untuk menggapai derajat yang lebih tinggi. Namun jika bencana itu adalah azab, maka bertobat adalah merupakan satu-satunya jalan untuk mendapatkan ampunannya…astaghfirullahal ‘adzim
Namun ada sebuah rasa penasaran dalam diri ini karena teringat akan sebuah ayat Allah yang pernah dibaca yaitu surat Al Hasyr ayat 21.
لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآَنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.
Kok rasanya jantung ini ‘dug’ ketika membaca artinya. Ya, terlintas beberapa pikiran-pikiran dan bayangan-bayangan mengerikan setelah sekilas dan memahami ayat tersebut. Betapa tidak, gunung Merapi yang baru ‘batuk’ saja dampaknya sudah sangat merepotkan semua lapisan masyarakat, mulai dari presiden dan menteri-menterinya sampai ibu-ibu rumah tangga karena harus mengurusi para korban bencana. Baru ‘batuk’ saja seperti itu, bagaimana jika terpecah belah…ya Allah. Rasanya Allah memang tidak main-main menggunakan perumpamaan gunung yang terbelah dalam ayat ini.
Teringat akan nasihat yang disampaikan oleh seorang ustadz, bahwa disampaikanlah dari beliau, ketika kita beriman dan telah ridho menjadikan Islam sebagai agama, maka kita wajib bertakwa kepada Allah. Secara sederhana makna bertakwa diartikan bahwa jika Gusti Allah memberikan perintah kepada kita maka kita wajib memenuhinya, tunduk dan patuh terhadap perintah itu sebagai amanah. Lalu dimana kita bisa mengetahui apa dan bagaimana daftar-daftar perintah serta keinginan Allah ? Al Qur’an lah jawabannya. Dan ternyata manusia telah menyanggupi untuk menerima amanah yang berat itu. Ya, sebuah amanah yang jika di diturunkan kepada gunung yang keras, kasar, dan tuli akan terbelah dan hancur karena begitu beratnya dan takutnya kepada Allah.
Begitu mulianya Al Qur’an di hadapan Allah, sampai Allah memberikan perumpamaan seperti itu. Al Qur’an adalah amanah Allah, sekaligus sebagai kompas bagi kita dalam menapaki kehidupan yang sesaat ini. Kita wajib menjadikan amanah Allah dalam bentuk kitab itu sebagai tuntunan hidup bagi kita agar terselamatkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya, kita wajib untuk mempelajari dan mentadaburi Al Qur’an dengan penuh rasa cinta dan kesungguhan yang dibalut dibalut dengan keimanan. Begitu besarnya rasa sayang Allah kepada umat manusia, dengan menurunkan kitab semulia Al Qur’an. Bahkan Rosulullah pun mengatakan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang mempelajari dan mengajarkan Al Qur’an.
Melihat begitu tingginya makna Al Qur’an dalam kehidupan manusia, maka sudah semestinya kita harus melandaskan kehidupan kita pada pedoman Al Qur’an termasuk dalam melihat hikmah di balik setiap peristiwa ataupun bencana yang terjadi di hadapan kita. Karena, hal itu bisa memperkuat keyakinan dan mempertebal keimanan kita kepada Allah swt. Sungguh beruntung kita, menjadi makhluk yang diberi amanah Al Qur’an oleh Allah yang mana makhluk lain tidak sanggup memikulnya. Semoga Al Qu’ran senantiasa bersemayam di dalam kalbu orang-orang yang percaya padanya, mempelajari, mengajarkan, dan mengamalkannya.
http://www.muhammadibnuramdhani.co.cc/

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes